Hikayat Bunga Kenanga

Solely for Lily
2 min readOct 28, 2024

--

Pinterest - Project Noah

Kelopak per kelopak kenanga jatuh bertaburan. Perasaan berat, perasaan ingkar, perasaan tidak berdaya ikut bercampursari pada indahnya sore hari ini. Satu yang kusadari pasti, hidup akan terus berjalan, terlepas dari apakah engkau enggan atau mengiyakan. Empat menuju seratus, sepi sekali. Empat tahun lagi genaplah ia menjadi satu abad kemudian. Usia yang cukup renta untuk dapat kembali bertutur kata pada dunia. Sumpah pemuda, rasanya terdengar lucu melihat seorang pemuda seperti diriku justru seringkali memaki hidup yang begini-begini saja.

Padahal, sembilan puluh enam tahun lalu, pemuda-pemudi di tanah ini membentuk diri menjadi sosok yang tak takut mati. Kenyataannya memang jaman sudah berganti. Dunia sudah tersentuh dengan teknologi, perang dan penjajahan yang dulu terkobar, kini terbakar dingin dalam gelap asap kemajuan zaman. Musuh kita bukan lagi kolonial atau invasi asing atas tanah-tanah yang bertuan, melainkan idealisme, pergulatan atas keserakahan manusia pada alam, perampasan hak kemanusiaan dan banyak hal lainnya.

Ada kalanya, hidup terasa lebih sederhana. Duduk diatas kursi taman, menghirup perpaduan antara oksigen dari pohon sekitar dan karbon dioksida dari kendaraan yang berlalu lalang. Ada kalanya sinar mentari datang menyapa satu persatu kerumunan pemuda dan pemudi yang sedang sibuk mencari tujuan. Rasanya sedih memang menemui diri justru menjajaki bagaimana sepi dapat berkawan dengan baik bersama hujan.

Namun, tanpa kita semua sadari malam kembali memadu kasih kembali bersama bulan. Tak khayal aku pun mendapati diri berdikari diantara ingkar dan remidi. Ada perasaan bersalah karena meninggalkan seseorang di persimpangan jalan itu, akan tetapi setiap dari manusia memiliki waktunya sendiri untuk memperbaiki diri. Sehingga tidak masalah bukan kalaupun aku kembali berkelana mencari berbagai pengampunan lainnya?

Pertanyaan-pertanyaan tentang tujuan itu kembali lahir, jutaan alasan tentang pergi, ribuan alasan untuk kembali menetap disini. Tapi pertanyaannya, apakah ini yang kita mau? Lantas dimana mimpiku? Dimana pula depan yang dulu kujadikan alamat tuju? Hilang bukan? Bait-bait itu perlahan menenggelamkan diri dalam perbincangan dibawah bulan. Tuhan mengerti apa yang seharusnya terjadi dan tidak. Kemudian ia menuntun masing-masing kita untuk kembali ke dalam lingkaran remidi, kembali lagi saling memperbaiki diri. Dan tolong jangan lagi hidup di masa lalu. Hiduplah di masa kini.

--

--

Solely for Lily
Solely for Lily

Written by Solely for Lily

Berisi keluh kesah, khayal dan cita-cita. Suka menangkap angin, bersandar pada rumput dan tertawa bersama air. Orang ini senang berpuisi dan bernyanyi!